Welcome: Pemeriksaan Terkini Demam Tifoid
Sebuah perjalanan panjang menuju akurasi Pemeriksaan penunjang Demam Tifoid menuai hasil. Kendati belum sesuai harapan banyak pihak, sebuah inovasi telah lahir dengan hasil cukup memuaskan. Betapa tidak, kesulitan menetapkan diagnosa pasti Demam Tifoid yang selama ini sulit (terlebih di daerah perifer or pinggiran) terjawab sudah. Belum bisa merata memang, namun setidaknya sudah bisa mulai menghentikan pro kontra diagnosa bias tentang ” Gejala Tifus “.
Penulis sangat terlambat ( sekitar 3 tahun sejak diluncurkan) menulis review produk ini, yakni sebuah terobosan pesat pemeriksaan terkini Demam Tifoid. Welcome: TUBEX ยฎ TF.
Produk ini pertama dipublikasikan pertama tahun 1984, kemudian diluncurkan secara komersial tahun 2004. Hingga kini belum banyak layanan kesehatan (RS) yang menggunakan produk ini. Teman-teman dokter spesialis Penyakit Dalam di Surabaya tidak banyak memberikan informasi tentang pemakaian Tubex TF. Bahkan dikatakan bahwa Tubex TF belum dijadikan pemeriksaan standar dalam penunjang penegakan diagnosa Demam Tifoid. Di Samarinda sendiri, hanya sebuah RS Swasta yang menggunakannya. Wajar, mengingat harganya yang cukup mahal dan ada kemungkinan para dokter masih bersikap wait and see.
Kami, pelaksana pengadaan obat dan bahan habis pakai (Koperasi) Puskesmas Rawat Inap Palaran, Samarinda memberanikan diri menggunakannya setelah mempelajari selama kurang lebih 6 bulan. Ehm … mo bergaya doang or arogan ? Bolehlah dianggap begitu, namun kami sudah mempertimbangkannya masak-masak, lagipula kami tidak enggunakan dana negara. Sekali lagi ini dikelola oleh Koperasi (…yang kebetulan penulis sebagai penasehatnya) setelah melalui bincang lama dengan para anggota yang juga paramedis pelaksana harian perawatan.
Apa tidak memberatkan penderita ? Hmmm…pertanyaan yang wajar dan inipula salah satu pertimbangan kami.
Honestly, kami menggunakannya bukan sebagai pemeriksaan rutin, melainkan semacam uji akurasi Tubex TF dikonfirmasi dengan dugaan klinis. Ini penting (menurut kami) agar penggunaan obat lini pertama Demam Tifoid tidak salah sasaran dan pada gilirannya dapat mencegah resistensi antibiotika karena over diagnosis ” Gejala Tifus “. Tentu diagnosa klinis tetap sebagai landasan utama sebelum pemeriksaan dengan Tubex TF.
Nah, mengingat tujuan penggunaan dan harganya yang cukup mahal, maka pemeriksaan Tubex TF hanya digunakan bagi penderita Miskin yang dirawat di Puskesmas rawat Inap Palaran. Koq ? …ya iyalah, kan mereka dibiayai oleh negara, so gak perlu ngeluarin duwit sendiri… betul gak ? …hehehe. Tosss.
So, Tubex TF yang menggunakan metode Inhibition Magnetic Binding Immunoassay (MBI) ini resmi digunakan setelah review singkat kepada para awak Puskesmas Rawat Inap Palaran, Samarinda pada hari Minggu, 23 September 2007.
Sasaran: penderita Warga Miskin (Gakin) dengan dugaan klinis Demam Tifoid pada hari kelima demam.
Metode: diskriptif acak terbatas ( 30 penderita.
Waktu: 23 September 2007-23 September 2008.
Biaya: swakelola.
Harga: 2 juta lebih untuk 30 pemeriksaan
Klaim: 90 ribu per pemeriksaan, sudah termasuk jasa dan biaya bahan habis pakai.
BERSAMBUNG
Catatan:
- Segala sesuatu terkait latar belakang, gambaran singkat Demam Tifoid dan sedikit uraian cara kerja Tubex TF akan ditulis dalam serial selanjutnya.
- Kendati memakai nama daggang ( Tubex tf), namun kami tidak terikat dengan pihak manapun.
Trims
Pertamaxโข
gak tahu mau komen apa, masih katrok dalam urusan ginian
bagus cak penelitiannya, jangan lupa kalo ada pendeerita anak nanti bisa dipisahkan terus jadi penelitian tersendiri. yang jadi masalah evidence based medicine nya belum ada. Tapi gak ada salahnya kita membuat sendiri EBM nya. Cuman jangan lupa bias penelitiannya yaitu: kita di negara endemis tifoid, juga bahan dibuat dari salmonella tifosa barat jadi belum tentu cocok, juga nilai false positif yang belum tentu sama dengan penelitian wong londo. Selamat berkarya cak, aku tunggu hasilnya ๐
Makasih infonya, Cak. Di Jabodetabek pun sepertinya belum merata penggunaan Tubex TF ini.
kaya pilem aja ih, ada maen sambung2-an. ๐
Lha nasib Mas WIDAL piye? Titer Antigen O,H,& Vi masih bisa jadi rujukan ndak?
Kalo gejala klinis masih protap kan???(Back 2 KAPITA SELEKTA he5x..)
Terapi tetap DOC nya Chloramphenicol???
salam kenal dok, apa kabar….. tuker link boleh gak?
wah,makasih infonya Cak…
๐
betewe, saya salah satu penderitanya Loh…
cakmoki…kenapa sasarannya gak acak saja? kalo hanya Gakin nanti hasil penelitiannya hanya mewakili Gakin…trus gimana kalo penderitanya bukan Gakin?
@ all,
ntar malam, sambil nunggu sahur, akan ditanggapi ๐
maaf ya …hehehe
Selamat berbuka puasa ๐
@ Adisโข,
jangan merendah ah ๐ …komen apa aja boleh koq
@ ijang,
wow, jadi deg-degan nih ๐
Ya, saya kesulitan masalh EBM, sementara memakai yang ada di texbook, jurnal dan pdt sebagai dasar. Ada usul pengembangan?
Pun demikian dengan bias menyangkut epidemiologi, serotype S.typhi, dan lainnya…akan dibuat sebagai catatan dan variabel kontrol.
Beberapa minggu ke depan mungkin daerah kami akan kedatangan tamu dari Londo yg ingin mempelajari penyakit tropis, kami ingin mendiskusikannya.
Selain laporan ke Mas Rizal (mentahan aja ya ๐ ) rencananya kan kami sampaikan di forum Konas Penyakit tropis tahun depan di Kaltim yg kebetulan sebagai tuan rumah dan sy ikutan jadi panitianya…hehehe.
Nah untuk anak, saya nunggu masukan mas Rizal deh ๐
Thanks semuanya.
@ Kang Kombor,
Huaaa, kalo gitu kami lancang ya Kang, mendahului wong Kota, hehehe.
Ok, ntar kita diskusikan perkembangannya Kang, maturnuwun.
@ telmark,
hehehe, kayak film kungfu ๐
@ sibermedik,
Konon, menurut Prof Iwan Darmansjah dan beberapa pakar yg saya baca, Mas Widal masih bisa untuk follow up, sebab biasnya terlalu lebar.
Gejala klinis dan DOT asih sama, kecuali kalo di suatu daerah dinyatakan multi drug resistance (MDR)
@ Hasan,
Salam kenal juga, kabar baik
Yuk, tukeran ๐
@ nyonya Farid,
mosok sih, bener tah ? … kalo dah sembuh ya sembuh koq, kecuali kalo sebagai carier or pembawa. Ntar soal ini kita bahas, sabar ya
@ Shinta,
ok mbak, emang rencana awal gakin karena pertimbangan biaya yg 90 ribu itu. Namun hasil rapat dan review hari minggu kemarin kita sepakat untuk memperluas ke penderita di luar gakin. Makasih masukannya … ๐
Pada saat PIT anak di jogja udah sempat dibahas abis tentang Tubex ini. Ntar saya cariin makalahnya ya. Soalnya gak tahu ketumpuk dimana. Konas Penyakit tropis tahun depan di Kaltim bulan apa ? Kalo bulan Juli tahun depan kayaknya aku gak bisa ikut krn ada konika + pertemuan pediatri infeksi se Asean, kalo bisa dateng kan kopdar sekalian hee..he..he. Temen saya ada yg brangkat november nanti ke Bangkok ikut pertemuan infeksi…mungkin tingkat Asia, kalo ada makalah tentang Tubex nanti aku kasih tahu. Untuk EBM bisa cari di Cochrane.org, kalo mau cari jurnal bisa ke highwire.org udah ada keterangan gratis atau bayar… freemedicaljournals.com, pasti gratis.. jangan lupa cari ke jurnal India karena mereka settinng negaranya mirip tapi perkembangan ilmunya lebih bagus…Semoga lancar penelitian cak Moki
wah kayak sinetron aja pake bersambung….. apa kabar dokter? Udah lama saya gak nyasar ke sini yo…? Selamat berpuasa…. bagi yg berpuasa.
Sama-sama cakmoki…terima kasih juga ๐
Sekalian tanya lagi daerah pinggiran itu maksudnya daerah mana ya cak?
Kenapa di daerah pinggiran lebih sulit menetapkan diagnosa demam tifoid?
met puasa cak! doh lama gak ke sini.
di sini kayaknya juga belum pake tuh cak. omong2, di sini DOC nya dah resisten (at least berdasarkan penelitian teman di RS Banjarbaru).
@ dokterearekcilik,
koleksi artikel sy tentang Tubex dah ilang bersama harddisk… ditunggu Mas. Konas-nya Nopember 2008.
Ok, trims … EBM akan sy cari ๐
Ya, saya sependapat, di India kayaknya lebih mirip punya kita, malah saya pernah nemu kebijakan dari depkes-nya Nepal.
@ herry,
Kabar baik. Trims
@ Shinta,
Daerah pinggiran contohnya Palaran atau yang lebih katro’ lagi hehehe.. kesulitan lebih kearah pemeriksaan penunjang, misalnya Laboratorium karena tidak semua berani ber-inovasi mengeluarkan dana sendiri, sementara kalo minta ke Pemda setempat belum tentu nyambung, gak layak jual soale ๐
@ mina,
Met puasa juga mbak
Kalo belum sama-sama mulai yuk ๐
hm, tentang resisten mungkin perlu publikasi mbak, supaya ada kajian lanjutan.
Hore2 jalan2 ke Samarinda November 2008 ๐ Kalo hasilnya dah oke nanti aku ngerayu klinik tempatku buat pake Tubex TF ๐
@ Astri,
hehehe, ntar ada acara kuliner kalo gak salah mbak, …tapi bayar sendiri, hahaha
Gak usah nunggu nanti ah, langsung ngerayu aja … kalo gak dituruti, pura-pura ngambul ๐
pas banget infonya, saya sudah lama dengan nama cak moki, tapi baru tergerak siang ini untuk berkunjung…
salam kenal ya pak..
ditunggu hasilnya, Cak. abis saya pernah jadi korban tes widal yg saya tau ga efektif untuk menentukan demam tifoid ato bukan. walopun saya dah coba komunikasikan ke dokternya waktu itu, dokternya tetep keukeuh nyuruh saya tes widal. salah saya juga ding knp akhirnya mau jg tes widal. ๐ฆ
@ mayssari,
salam kenal juga … thanks kunjungannya ya ๐
@ mila,
hehehe, sabar ya … ntar akan ditayangkan berkala koq.
Eh, emang panasnya sampai berapa hari ? Trus sembuhnya setelah berapa hari? Kalo sebelum 6 hari dah sembuh sih bisa dipastikan bukan tifus ๐
demam tifoid…??? apaan itu pak…
kalo tifus, nah ini yang saya baru nyantol, udah pernah kena soalnya….
btw, cuma mo absen cak, dah lama banget gak maen ke sini
demamnya belum ada 24 jam sih, cuma udah sampe 40 derajat lebih, gara2 panic.com ke dokter deh. Akhirnya saya jg ga lanjut minum AB yg diresepin, soalnya stlh itu saya baru nyadar klo demamnya karena plugged duct. ๐
maklum ibu baru n baru blajar menyusui. ๐
waaa…. ada kulinerannya? asik bangeeeeet…..
@ ndarualqaz,
halahhh, hayo kliniknya dibelikan Tubex TF sana…hehehe
@ mila,
Huaaaaaaaa, gini: kalo semua panas beberapa hari trus periksa Widal bakalan over diagnosis deh, soalnya sakit diare aja kadang Widal positif bahan acapkali saat general check-up Widal positif padahal orangnya segar bugar, … so … gak bisa kan ?
Lagipula kebanyakan panas disebabkan virus tuh.
Kalo pas menyusui bisa saja panas karena infeksi lokal akibat lecet or lainnya …hehehe
@ mina,
Hahaha, ketemu bianya Kulinerrrr.
Udang galah apa pepes patin ? Ntar tak tunjukin tempat yang afdhol deh, nunjukin aja lho … bayar sendiri ๐
demam tifoid itu apa to cak
๐ฆ
ga tau sih
@ almascatie,
halahhh jangan pura-pura ahhhh.
Kalo bener, bagus tuh, berarti ga ngalami ๐
Atau kalo ingin tahu, donlot di halaman donlot om
Salam Mas Moki ( boleh yaa ๐
kalau lihat kemajuan teknologi ya senengbanget yaa ! keakuratan makinmendekati 100 % . thats oke .let see to another thinks ,kita lihat konsep kesehatan masyarakat …. ini kan hampir nggak nyambung Why ? …..
dari segi budget pemerintah juga nggak nyambung ,apalagi dari segi kantong masyarakat ….. kasian jauuuhh banget 90 ribu. Lebih baik si mas WIDAL di GRATISKAN 100 persen diseluruh Indonesia tercinta ini . Nah belum lagi masih ada benefitnya ngga pemeriksaan ini pada daerah ENDEMIS ? well ?
Nah jadilah Indonesia ini no.1 angka kematiannya…karena ngga nyambung program dgn riil lapangannya. TEKNOLOGI its oke , Program lain lagi
@ mia,
iya bener…ini emang gak ada kaitannya dengan program, jangankan yg ini lha wong Widal aja masih sangat terbatas, dalam arti belum diprogramkan, masih atas inisiatip temen-temen di lapangan.
So, … banyak masalah yg perlu dipertimbangkan, karenanya langkah kami ini tidak menggunakan biaya negara, … alias kami biayai sendiri dan secara teknis dibantu temen-temen yang ahli.
Di sisi lain, kami merasa perlu mengikuti perkembangan teknologi dan tetap berpikir ke depan bahwa hal-hal semacam ini bisa saja diperjuangkan di daerah tertentu yang emang memerlukan…dan kita wajib mengajak para penyelenggara pemerintahan di daerah agar melek and memperhatikan masalah-masalah kesehatan. Kalo bukan kita yang ngasih tau, beliau-beliau tidak akan pernah tahu, … ya kan? ๐
Trims atas pandangannya ๐
Salam Mas Moki ๐
Mas memang memberi sangat mulia ,semoga TS semua yang masih dilapangan punya mindset seperti mas Moki ๐
Saya yang dah pindah kuadran jadi WFH ,jadi salut deh sama TS-TS di lapangan ……..
Salam Sukses selalu Mas . ..
@ mia,
thanks supportnya mbak ๐
wow, terima kasih Dok untuk info nya..
mohon bantuannya untuk penjelasan mekanisme kerja tes tubex itu sendiri..hehe, sepertinya menarik sekali
thanx
@ darpan:
ntar kalo ada waktu sayaposting secara khusus aja ya… soalnya lumayan panjang ๐
thanx
salam kenal dokter, seneng klo bsa dpt info selengkap ini.
@ valentina:
Salam kenal
Makasih atas kunjungannya ^_^