Obrolan ringan.
TAK PERNAH SALING MELIHAT ALAT K3LAMIN
Malam tadi, seorang wanita hampir 60 tahun menolak diperiksa bisul di samping kemaluannya. Padahal yang memeriksa dokter wanita, padahal didampingi sang anak yang juga wanita, padahal di ruang berpelindung.
Meski si anak memberi pengertian tentang pentingnya pemeriksaan untuk menentukan pengobatan, sang ibu tetap menolak.
Begini cuplikan dialognya.
Pemeran utama:
Ibu sakit bisul (ISB), dokter wanita alias istri (dw), saya (cakmoki)
ISB: “Bu, kulo sakit bisul, waune gatel lajeng kulo kukur “. ( Bu, saya sakit bisul, awalnya gatal kemudian saya garuk)
dw: ” bisul wonten pundi Bu ? ” ( bisul di mana bu ? )
ISB *sambil senyum*: ” celak selangkangan, teng ngriki ” *sambil menunjuk tepat di tengah*. ( dekat selangkangan, di sini )
dw: ” monggo kulo perikso ” ( mari saya periksa) *sambil berdiri menuju ruang periksa, diikuti sang ibu sakit bisul*
Setelah masuk ruang periksa, terdengar dialog.
dw: ” monggo Bu, diaturi “. ( mari Bu, silahkan )
ISB: ” mboten … mboten, isin “. ( tidak … tidak, malu ) Terdengar suara tawa.
Setelah anak si ibu gagal memberikan pengertian, wanita tersebut kembali duduk berhadapan dipisahkan meja.
ISB: ” ngaten mawon, njenengan obati kadhos bisul lentune ” ( begini saja, sampeyan obati seperti bisul lainnya )
dw: ” perikso pak dokter mawon nggih … ” ( diperiksa pak dokter saja ya ) * sambil tertawa menggoda*
ISB: ” ah, mboten, mboten usah nggih pak ” ( ah tidak, tidak usah dilihat ya pak ) *tertawa*
Sang anak yang mengantar mengatakan bahwa suaminya saja tidak pernah melihat. Tepatnya, kedua orang tuanya tidak pernah saling melihat alat k3lamin masing-masing. Kamipun tertawa semua.
saya: ” ngaten mawon Bu, kulo perikso ndamel koco moto cemeng “. ( begini saja bu, saya periksa memakai kaca mata hitam ) *tak kuasa menahan senyum*
ISB: ” mboten ah, mangke ketingal “. ( tidak ah, nanti kelihatan )
saya: ” namung merikso bisul, mboten ningali lentunipun “. ( hanya meriksa bisul, tidak melihat lainnya ) *pura-pura ambil kaca mata hitam*
ISB: ” mboten, nyuwun obat kemawon. Bapake mawon mboten nate ningali “. ( tidak, minta obatnya saja. Bapaknya saja tidak pernah melihat )
Setelah menjelaskan tatacara minum obat dan evaluasinya, obrolan santai berlanjut.
saya: ” dadhos mulai manten anyar mboten dhelok-dhelokan ? ” ( jadi semenjak pengantin baru tidak pernah saling melihat ? ) *menggoda*
ISB: ” blas mboten nate “. ( sama sekali tidak pernah )
saya: ” kesupen mbokmenawi “. ( lupa barangkali )
ISB: ” mboten, ah njenengan niki. Nopo njenengan dhelok-dhelokan ? “. ( tidak, ah sampeyan ini. Apa sampeyan saling melihat ? ). Lanjutnya: ” enggih, njenengan sik enem “. ( iya, sampeyan masih muda ) … ehm 22 â„¢ lebih
Huaaaaa … huaaaaa *kena deh* 😛
Setelah semuanya selesai, *setelah bayar juga* kamipun tertawa renyah mengiringi ibu sakit bisul keluar ruangan. Hahaha
Hingga selesai makan bersama tengah malam, kami masih senyum-seyum.
Barangkali memang benar bahwa pasangan masa lalu tidak pernah saling melihat alat k3lamin mereka. Saya percaya karena kejadian semacam ini bukan yang pertama. Lagipula kami mengenalnya sejak lama, rasanya tak mungkin berbohong, apalagi anak si ibu mengatakannya.
Hehehe, tidak saling melihat dan memegang bisa punya anak, ibarat bergulat dalam gelap.
Di era sekarang, adakah wanita yang tidak pernah melihat alat k3laminnya sendiri ?
Entahlah, di pedesaan bisa saja terjadi, sedangkan di kota, meibi no … meibi yes. Meneketehe 😉
:: :: :: tulisan ini tidak bermaksud mengolok-olok, melainkan mencoba memahami kenyataan bahwa betapa masih ada yang tidak mengenal bagian tubuhnya sendiri, yang kasat mata sekalipun :: :: ::
wih….mungkin benar kali pak, orang tua dlu berhubungan tanpa melihat alat kelamin mereka khan kebanyakan mereka sarungan pak, jd enggak sempat liat2tan deh….
Yap…
tak bisa dipungkiri memang…hidup di kultur berbau klenik&mistik, serta menganggap hal tersebut tabu untuk dibicarakan. heeeh…jangankan membicarakan…menyebut namanya aja dianggap ngumpat kok…gimana mau mbuka pikiran?
What?? @_@
Wah, itu bukan yang pertama ya Cak, tapi aku amazed deh..
Berarti ya either bergulat dalam gelap, atau bergulat dalam sarung ya.. ;p
Apa gak penasaran? 😉
Tapi aku juga pernah nonton serial “Sex and the City” di mana salah satu karakternya (Charlotte, yang digambarkan paling polos, lugu, dan agak kaku..) hampir pingsan ketika melihat k3laminnya sendiri.. ;p
(btw, kenapa huruf ‘e’-nya mesti diganti ‘3’ sih Cak? ;p)
mungkin itu pandangan tradisional masyarakat kita. bahwa tubuh adalah sesuatu yang tabu untuk dieksplorasi. tubuh adalah sesuatu yg harus disimpan rapat2 dan (bahkan kalau perlu) suami sendiri pun tdk boleh melihat…
untung sampean sbg dokternya sabar. 😀
Gitu ya, Pak… *nambah wawasan*
Zaman dulu kalo nggak dalam gelap dalam sarung ya… *mikir yang macem-macem*
Kayaknya supaya para peselancar iseng yang nyari bokep di mesin pencari nggak sampai sini. 😆
Oh gtu ya.. hahahaa.. ;p
lha kok malah humor suroboyoan ngene cak….? Saingan ini karo posting-ku…. he he he he…saruuuu!
@ Uchen,
iya mungkin. Selalu pakai acara sarungan ya … berarti kalo pengantin baru tiap hari jemur sarung dong, hehehe.
@ Chiw Imudz (gak login),
Ngenes, trus ngebayangkannya gimana kalo gak tau bentuknya… ntar kapan-kapan nanya ah.
Btw, mbah-mbah yang latah lancar banget menyebut nama lain dari “cucakrowo”, misalnya ?!?!?! 😛
@ Lily,
Mungkin penasaran juga sih. Mungkin juga membayangkan seperti apa gerangan binatang yg suka gremat-gremet 😛
Itu baru liat punya sendiri, lha kalo liat musuhnya, histeris kali … gemes kudhu mithes.
@ arya,
iya, apalagi di daerah pedesaan, sayang kita tidak punya data penelitian soal ini. Entah karena kultur atau sebab lain, kenyataannya di kota besar masih ada gadis modern berpendidikan tinggi yang tidak pernah melihat “tubuhnya” sendiri.
Trims telah berkunjung 🙂
@ Master Li,
Mikir apa, hayo …
@ herry,
Sekali-sekali gaya ludrukan, refreshing, hahaha
Apik Cak. Gak saru kok.
—> saru kuwi nik ngombe wedhang tamu…
😀 😀 😀
kalo di kota masa masih ada juga yg kaya gitu cak ? … orang kota kan katanya modern, jadi kan banyak hal tabu yg udah ga dianggap tabu lagi …
*katanya sih … hehehe*
“ibarat bergulat dalam gelap”
mwhahahahah …
Lucu juga ya ampe ada yang begitu.. tapi masa sieh di kota *beuh serasa hidup di kampung* masih ada yang gak pernah liat badannya sendiri?
itu namanya ikut sunnah nabi pak,agaknya
masa lalu ya..jadi ingat jaman raden ayu kartini, gimana kalau bercinta yah..hihi(ahh piktor)
@ n0vri,
*joget-joget* ono bolone, hahaha
@ jurig,
hmmmm, yakin semua orang kota tahu ?
Katanya sih, *ada yg mengaku* gak tahu alat k3lamin. *entah kalo pura-pura, hehehe*
@ chielicious,
*garuk-garuk kepala* iya nih, bener gak sih ?
Perlu kuis kali 😉
@ abu aiman,
iya kali, tergantung pemahamannya.
Anehnya, ini berlaku juga bagi agama lain *sepengetahuan saya*
@ mei,
Kali gak pakai ba bi bu, langsung tancap gas, greng … *piktor juga*
jika demikian apakah para dokter tetap berhak ngasi obat ya cak..
nuwunsewu critane rodok2 nyrempet karo humor suroboyoan sing iki lho Cak…. (mohon ijin kepada pemilik cerita yg saya bajak ini):
Judule : Deodorant
Romlah mampir nang toko katene tuku deodorant.
“Cak, aku arep tuku deodorant gawe “bagian bawah”,” jare Romlah ambek ndhudhing anune.
Sing ndhuwe toko bingung lha mosok onok deodorant gae “bagian bawah”.
“Sepurane yo ning, gak onok deodorant sing kanggo bagian bawah.” jare sing dhodhol.
“Yok opo se peno iku, wong aku sering tuku kok !” jare Romlah muring-muring.
“Lho sampeyan onok contone tah ?” jare sing dhodhol.
“Yo!. Iki lho barange.” jare Romlah ambek ndhudhuhno wadahe deodorant kosong.
Sing dhodhol kudhu ngguyu tapi dimpet.
“Ning !! Iki ngono deodorant biasa sing kanggo kelek” jare sing dhodhol.
Romlah tersinggung diguyu-guyu.
“Lho peno iku sing ngengkel ae, woconen tah tulisane iku.” jare Romlah ambek njentit ngangkat roke sampek “bagian bawah”e kethok.
Bareng sing dhodhol moco, tibake tulisane ngene “Untuk pemakaian, tekan bagian bawah”
he he he he……
kasian ya mereka. aku menduga mereka belum pernah nonton film bokep. lalu rangsangan apa yang bisa memunculkan gairah untuk “itu”?
oh ya, kok ya gak penasaran sama sekali ya?
hmm….
kalo nggak pernah dilihat apa yakin nggak ketukar apalagi ketinggalan ya cak, hehehehe
hahahahaha cak sedia kaca mata hitam yo di tempat praktek… tertawa nggegek… bisule di apakno akhire cak? tapi loro banget bee yo lek konooan bisulan….
owwww….nggegek aku rek…. komenku mlebu akismet tapi nee ;(
Kang Dokter bisa aja… memang cerita seputar alat kedoteran maupun perkelaminan dan tetangganya paling banyak didapat dari dokter.. wong bisa ngeliat langsung jeh… btw, bahasanya kok jawa sih apa pasennya wong jawa cak?
di Palaran gitu Pak? jadi masi ga jauh jauh amat kulturnya ma separi dan sekitarnya ya. wah mbah mbahku yg disana ya model ginian nih, suwer deh.
Tambah lagi kurang informasi. Jadi susah kalo ngasi advis soal obat dsb. Kadang malah kita anak muda yg dikasitau make daun ini itu dioyek oyek ke lukanya..lha kalo bisul ditempat gituan? weeewwww….
Ma sih ga tau ya cak,, tapi Ma masi bingung dan rada ga nyaman aja mau periksa sama dokter cowo,, ckckck,, Ma ini,,
Ma mikir,, kalo Ma hamil gimaana??? -pernah ampe stress,, gile betul-
*Senyum liat semua komen* Masa’ kaya’ gitu ya ? Bergelut dalam gelap ? hiks *mau ketawa diempet*
@ Dani Iswara,
Boleh, bisa. Mengingat penyakit tersebut bersifat umum. Salah satu pasal ttg pengobatan: “dokter dapat memberikan terapi sesuai kaidah umum terhadap penyakit tertentu dimana kebanyakan dokter melakukannya”. Ada di buku tentang malpraktek. Jadi kalo abses tersebut di daerah bibir k3maluan kemungkinan bartholinitis, dst. Pengobatan mengacu pada dugaan tersebut. Soale si ibu tidak mau diperkaos, gak bisa dipaksa, hehehe
@ herry,
hahaha, jangan-jangan sing dhodhol sampeyan dhewe 😀
Trus ngisorane Romlah warnane opo ? *bletak*
@ kw,
Konon, minim rangsangan. Ada sih yang mengatakan kalo suami merambat, yah … layani, buka arena balap tanpa pemanasan. Makanya keluhan nyeri saat begituan adakalanya dialami para wanita.
Penasaran sih bisa saja, kan gak ada yg cerita, malu kali. Nggak tahu yang kebayang apa … cucak rowo dhowo buntute ?
@ peyek,
Ah sampeyan iku ono ae cak. Emangnya bisa dicopot kemudian dicantolkan di pitu ? Ketinggalan ? … gak takut digondol kucing tah, huahaha
@ Evy,
Riben mbak, tingkat kegelapan 80%, hahaha.
Bisul gak diapak-apakno, lha dilihat aja nggak boleh apalagi didulit-dulit.
waduhh mbak, kalo daerah itu bisulan, duduknya miring-miring, mringis karo mbrebes mili 😛
@ Kurtubi,
hehehe, iya pak, kerjaannya gitu soale.
Daerah kami awalnya adalah daerah transmigrasi pertama di kaltim, tahun 1954, jauh sebelum saya lahir. 80% dari jawa timur, jawa tengah sebagian jawa barat dan sebagian nusa tenggara. Suku lain lengkap walaupun tidak banyak. Bahasa sehari-hari bahasa jawa, kadang bahasa indonesia atau bahasa daerah lain.
@ Qee,
Ya, mirip separi. Lebih maju dikit kali, soale sering ada dialog masalah kesehatan lewat pengajian, ceramah, dll.
Ada juga yg masih pakai daun, gak banyak lagi.
Kalo bisul di tempat begituan gak ada yg pakai daun koq, daun apa ? Daun brambang, bawang, garam, lengkap … ntar tinggal nggoreng, hehehe kayak bumbu 😀
@ Ma!!!,
Bisa pilih dokter cewek Ma, kan dah banyak. Atau periksa sendiri, pakai cermin 😉
@ Anas,
Senyum penuh arti nih, hehehe. Ati-ati ntar tidur jangan ketawa ya
Tebakan saya, beliau (si ISB-red) sebetulnya pernah liat k3lamin suaminya. Begitu juga sebaliknya. Mungkin beliau-beliau lupa aja kali. Ya, setidaknya k3lamin yang tercantum di belakang KTP masing2 🙂
ternyata ada yang lebih ‘oneng’ daripada ‘bu bidan’ ya, Cak?
btw, matur nuwum blog-ku udah ditaruh di blogroll.
tapi, gimana kalo yang dokter gila (revinaoctavianitadr.multiply.com) juga diikutkan sekalian? boleh ya, Cak? …
“”Hehehe, tidak saling melihat dan memegang bisa punya anak, ibarat bergulat dalam gelap””
wong ndak punya mata tapi bisa melihat kok Cak… jadi ya lancar sajah 😀
hik! .. ibu ..ibu .. bikin saya senyum!! 🙂
aku seng goblog opo ancen aku ra mudheng yooo..aku bingung maksude guyonan suroboyo ala herry loo….waduhh(pecah ndahe tenan!!)
hehehe…lha klo sampeyan karo bu dokter piye Cak? hihihi… *ngulang pertanyaan ISB sambil ngacir*
Jadi obatnya apa pak…salep yg hitam itu ya..he..he.
hehehehehe…. *sambil ketawa ngakak*
nggak mengolok-olok memang cak, karena kebanyakan di tempat-tempat praktek (sama denganku) juga banyak kejadian-kejadian aneh. memang masalah seksual bagi kebanyakan orang kita masih banyak yang menganggapnya tabu untuk dibicarakan apalagi “dilihat” 🙂
*sambil nunggu cerita yang lain* 🙂
cak, sampeyan arep jathilan po paerikso pasien seh??
Pisan atraksi dahar beling ae cak..
wakakakakaka…. 😀
boten ngertos….
@ elpalimbani,
hahaha, iya kali. Atau mungkin dah lupa bentuk dan rasanya. Soalnya ada dialog yg saya penggal, beliau konon lebih 10 tahun gak “berhubungan lagi” gara-gara menstruasi berhenti, bilangnya males, duhhh ngenes.
@ dokter gila,
Mirip, pernah ketemu yg lebih nyeleneh nggak?
Siap, udah saya pasang link “dokter gila nan jelita” *bletak*
@ Biho,
Halo om, met kembali, kangen euy.
iya, nggak punya mata tapi bisa jalan-jalan, lurus, belok, naik dan turun, sakti deh.
@ nayla zahra,
Hati-hati, dilarang tidur sambil ngikik 😉
@ mei,
sing endhi tho mbak. oooo itu ya, yang intip-intip kan mas herry 😛
@ Fa,
huaaaa, huaaaa .. huaaaa. Gak koq, gak dhelok-dhelokan, … ndhelok sungguhan 😉 *puwazzz-puwazzz?*
@ wulan,
Obat minumnya golongan cefadroxyl atau minimal amoksisilin mbak. Yang item gak diceritakan dong, ntar saya dicurigai ngoleskan, he9x
@ fertobhades,
yeeee, gak mau bagi cerita nih. Padahal saya juga nunggu cerita di balik reproduksi remaja dari pak fertob. *menunggu dengan khidmat*
@ Om Sulis,
koco moto ireng mung pura-pura Om 😛
Nek jathilan nggo sarung trus othe-othe yo, hahaha
@ Arul,
Hehehe, dah lama di Suroboyo lho 😉
malu.. aku malu…
[gaya obie mesakh]
😉
wernane ireng pak!
nek krungu bojoku iso di-uleg aku Cak…. he he he he!
@ alle,
malu sama semut merah, hehehe
lanjutannya piye tuh lagunya, dah lupa je
@ herry,
hahaha, nginceng Romlah tenan. Ntar tak laporkan 😛
hehehe… luar biasa, masih ada yg Blom pernah ngeliat “barangnya” sendiri atau punya suaminya. luar biasa.
Pake cermin cak??
gile betul,, 🙂
@ telmark,
Kayaknya perlu penelitian. Setidaknya diskriptif. Ada yang mau gak ya… 🙂
@ Ma!!!,
iya lah, pake cermin paling logis untuk self examination, kecuali kalo mau di pinggir danau, pake pantulan air 😛 *bletak, sembunyiii*
mungkin prinsipnya “yang penting rasanya bung!”…soal bentuk urusan mburi..hahah…tapi kok gak penasaran ya si ISB??
@ starflake,
*manggut-manggut* Oh gitu tho prinsipnya.
Penasarannya diempet kali. Ntar kalo latah bisa nyebutin sepuas-puasnya, hahaha
ngomongin bentuk jadi inget soal ukuran….
@ herry,
Jumbo? seremmmm
dok, setelah sekian bulan “pesawat” saya gak beroperasi karena sedang dalam perawatan (kalau badan goyang2 perut terasa sakit ), Alhamdulillah, semalam saya sudah bisa terbang lagi….. dan sukses! Istri puas, dan sayapun bisa tidur pulas!
Ternyata masih enak ya…… ! Bayangin sudah berapa bulan gak “terbang”…..isine lemessss thok! Tapi mau bengi lemesnya lemes enak… 🙂
Tidak bosan saya mengucapkan terima kasih kpd Cak Dokter…..!
Maaf kalo komentar ini ber-bau2 agak gimana gitu!
@ Harry
Warnanya yg mana yg item? Yg punya sapa maksudnya? ;p
Ngomong2 soal warna Cak,
ada warna standar gak sih untuk alat k3lamin?
Maksudnya, apa ada warna yg mencirikan klo itu berarti sehat, dsb.. ;p
Soalnya sekarang beredar krim pemutih v4gina.. ;p
(ikut2an diganti nomer biar gak ke-track ma pencari Bok3p.. ;p)
Soalnya (lagi..) katanya umumnya pria suka v4gina yg berwarna pink2 muda gimana gtu.. ;p
Tapi, apa aman Cak? 😉
@ herry,
huaaaa, berbulan-bulan puasa ya 😦
selamat selamat, pesawat udah “terbang” mengarungi “angkasa”, menukik, menjulang, berbelok, asyik lah, hehehe.
Selamat menikmati masa indah.
@ Lily,
Ada dong, warna standar adalah warna yg sesuai dengan aslinya.
Jadi gak perlu diubah-ubah, ntar kalo diputihkan terus gak bisa mbalik gimana dong, kan kayak bakpao atau kayak donat, hahaha
Sepengetahuan saya, pria gak begitu peduli warna koq, kata iklan: yang penting rasanya bung
Btw, sekarang diganti warna apa? *bletak* 😛
setau saya warnanya belang2 kayak dalmatian…. he he he
@ kartolo,
hahaha … ini jawaban untuk saya apa untuk mbak Lily? soale yang nanya warna bukan saya lho
Huahahhaha… ;p
Tenang Cak,
walopun tau ada obat2 semacam itu,
aku ogah pake.. ;p
Bener yg Cak bilang,
yg penting rasanya.. 😉
Jadi ketimbang susah2 pake krim, mending lakuin yg lebih susah tapi jelas manfaatnya.
(contoh: senam kegel
Ups.. kok kepotong lagi ya.. disensor kali ya.. :p
lha monggo sinten ingkang meroso eh merasa bertanya…. 🙂
dok apa bener “size does not matter”?
@ Lily,
Gak kepotong koq, saya gak suka motong di tengah jalan je, hahaha.
@ herry,
ya bener, ukuran gak ngaruh. yang penting “glibetane” 😛
Tapi harusnya ada terusannya setelah itu.. *rolleyes*
Yo wis,
kapan2 aja dilanjut lagi ya Cak, terlanjur turun moodnya.. (mood nulis lho maksudnya.. ;p)
tp mereka liat punyanya sendiri kan, cak?
lha masa ga pernah juga..mandinya merem?
@ Lily,
sori Mbak, mungkin pas nulis 🙄 ada yg narik, trus kehapus hahaha.
@ Hana,
iya, maksudnya lihat punya sendiri.
Nggak tahu kenapa gak pernah lihat, mungkin aja takut cekikikan, meneketehe. Coba tanya kepada yg gak pernah lihat 😛
Agi sempat klayaban blogwalking. Giliran soal kelamin, rame bener yang kumentar. Huwahuwahuwahuwa….
Kan ada haditsnya kalau nggak boleh melihat anu, Cak. Cuba silakan dicek kitab haditsnya.
@ Kang Kombor,
Hahaha, itu belum termasuk yang gak komen Kang.
Iya memang benar, ada Hadist yang melarang ada pula yang membolehkan, jadi ada khilafiyah. Hadits-hadits yang diriwayatkan Abu Ya’la dalam Uquduluja’in rata-rata membolehkan, namun saya tidak tahu masalah mustholah hadits terutama peringkatnya.
Kalo yang untuk melihat anu sendiri gimana, lha kalo kencing kan yo dipegangi biar nggak mabur … gak pernah lihat ?
Mungkin kalo untuk Tholabul ‘Ilmi, perkecualian, ini mungkin lho 🙂
bujug..baru sekali baca tulisan cak dokter yang bikin pusing begini..
*kucek2 mata,jedot2in kepala ke tembok, silet2 tangan*
@ Hana,
sssst, ngertinya hanya sebatas itu doang 😛 *bisik-bisik sambil ngelirik Kang Kombor*
ada-ada aja… tp klo di bikin film komedi seru ga yah Cak? hehe
@ noviaaa ,
kali kalo untuk pilm seru ya … tapi pelakunya sulit, hehehe
gara2 sering nonton dvd “porno” ada istri yg selingkuh… mungkin penasaran dgn “ukuran” yg lebih panjang ya dok…..? Walaupun dibilang size does not matter!
@ kartolo,
wah gak tahu saya. Kalo hanya kurang besar kan tinggal ditambahi semen atau dibungus plastik, hahaha
Saya kok baru baca posting ‘sepenting’ ini ya?
Eh, itu koment di atas saya kok ga didelete aja ya cak?
@ ManusiaSuper:
Eh, iya nih… gak tau, kelewatan kali… makasih Cil, ntar saya delete
Wuihhhh……
Beneran ada yang kayak gitu Cak….? Haaa ha ha
pasti kalau Hub badan matanya ditutup Coz,kalau sampai liat alat k3lamin pasti keSAKTIanya akan hilang ( jaman dulukan banyak orang Sakti )
@ Sontoloyo:
hahaha, kali malu-malu mau liat, … atao bisa jadi takut pingsan 😀
Kali aja nih cak..
ada yang belon diutarakan ke cak moki sama ISB-nya
yaitu “lah gimana mau liat…lha suami saya selalu bilang..Dek jangan diliat ya, aku ga pede nih..”
🙂
@ probo:
hehehe, iya kali 🙂