Kali ini saya ingin membahas salah satu sisi Komunikasi dokter-pasien, yakni feedback dari pasien untuk dokter terkait dengan pelayanan medis, di praktek dokter maupun di institusi pelayanan medis.
Meski nampak sepele, feedback dari pasien untuk dokter cukup penting sebagai tambahan informasi agar pengobatan lanjutan atau pengobatan yang akan datang makin berkualitas, makin nyaman bagi pasien. Bukan hanya penting bagi dokter, tapi juga bagi pasien. Bahkan menjadi sangat penting manakala menyangkut feedback informasi tentang alergi obat tertentu.
TUJUAN
Secara garis besar, feedback dari pasien untuk dokter dimaksudkan untuk:
-
Memberikan informasi tambahan bagi dokter sehubungan dengan keluhan, penyakit, obat yang nyaman (cocok), dosis yang ideal, efek samping obat tertentu.
-
Memberikan informasi kepada dokter apabila mengalami alergi obet tertentu. Jika seorang pasien mengalami alergi obat tertentu, hendaknya minta cacatan alergi obat kepada dokter sehingga tidak diberikan obat dengan kandungan yang sama pada pengobatan selanjutnya, dimanapaun pasien berobat.
Pasien seyogyanya tidak segan memberikan feedback kepada dokter. Sebaliknya, dokter hendaknya aktif memberi pesan kepada pasien terkait penyakit si pasien dan obat yang diberikan, serta menanyakan respon pengobatan pada penyakit-penyakit yang memerlukan kontrol atau pengobatan lanjutan.
Sebagai contoh, penderita asma ada yang cocok dengan obat berbentuk inhaler, ada yang cocok dengan tablet tertentu dengan dosis tertentu. Adapula pasien asma jika minum obat bronkodilator (melonggarkan nafas) menjadi berdebar, lemas, keringat dingin. Ini bukan berarti obatnya salah, bisa jadi hanya perlu menurunkan dosisnya saja. Hal-hal seperti ini sangat berguna bagi pasien dan dokter sehingga pasien merasa nyaman dan paham obat-obat yang digunakannya.
Masalahnya, feedback dari pasien kepada dokter tidaklah seindah bayangan. Seringkali berbagai hambatan menjadi sekat komunikasi dokter-pasien sehingga feedback tidak berjalan sesuai harapan.
Kendala dari sisi pasien:
-
Pasien segan menyampaikan feedback kepada dokter. Bisa jadi karena dokternya sangat pendiam atau malah gampang ngomelan ..pisss. Bisa juga karena di benak pasien sudah kadung terpatri bahwa dokter adalah sosok yang angker.
-
Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup dari apotek tentang obat.
-
Pasien kurang mendapatkan informasi tantang penyakitnya dari dokter. Atau, mungkin istilah yang didengar dari dokter sangat asing sehingga pasien lupa.
Kendala dari sisi dokter:
-
Dokter kurang memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit yang diderita pasien.
-
Dokter kurang memperhatikan feedback pasien.
-
Dokter kurang mengoptimalkan Rekam Medik sehingga feedback pasien tidak tercatat dengan baik.
-
Dalam hal di Poliklinik RS yang dokternya bergilir, bisa jadi feedback dari pasien sudah tercatat dengan baik dalam Rekam Medik tapi kurang diperhatikan.
Dari urian singkat di atas, nampaklah betapa pentingnya feedback dari pasein kepada dokter. Dengan begitu, diharapkan pelayanan medis makin berkualitas dan setidaknya memberikan sedikit kenyamanan bagi pasien yang sudah gak nyaman akibat penyakitnya.
Bagaimana jika obat yang dirasa nyaman bagi pasien ternyata berpotensi menimbulkan efek samping pada pemakaian jangka panjang ? Selalu ada jalan!
Contoh: adakalanya pasien merasa nyaman menggunakan obat kortikosteroid (prednison, deksamethason, methylprednisolon, betametason, dll) untuk meredakan keluhannya sehingga selalu memakainya. Manakala menjumpai kasus semacam ini, dokter dituntut memberikan pemahaman kepada pasien secara bijak dan tepat. Jalan keluar yang dapat dipilih dokter, yakni (1) dengan menganjurkan menghentikan kortikosteroid tersebut disertai penjelasan tanpa harus menakut-nakuti, (2) menurunkan dosis obat secara bertahap ( tappering down ) hingga berhenti, (3) mengganti dengan obat lain yang relatif kurang menimbulkan efek samping pada pemakaian jangka panjang.
Semoga bermanfaat.
:: :: :: posting menggunakan WLW :: :: ::
Sore pak, maaf saya ada pertanyaan tolong di jawab ya.? Tadi saya kirim lewat email pak moki kayaknya saya salah ngetik alamat deh. He he he..(maklum lemot) Gini pak, saya kan hamil 15minggu trus diperiksa sama bidan kok detak jantung bayi saya belum kedengeran ya.. Kata bidan saya si gak papa, kalo menurut pak moki gimana.? Trus tiap malem tu saya sering kencing, juga (maaf) vagina saya itu gatel banget. Kira2 kenapa pak ya.? Ohya sebagai tambahan ibu dan mbak saya kena diabetes. Terima kasih pak moki atas jawabannya
@ Luthfia:
Untuk memastikan detak jantung dan perkembangan janin, sebaiknya periksa ke DSOG .. ntar akan ketahuan setelah diperiksa dengan USG.
Adapun sering pipis pada saat hamil adalah hal yang wajar karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Sedangkan rasa gatal, dan mungkin diserati keputihan dikit, adalah wajar pada kehamilan.. hal ini karena pengaruh hormonal.
Kalo ingin cek kadar gula, gampang… hanya tinggal periksa ke Lab, diambil darah dikit di ujung jari.
Jika kadar Gula Sewaktu (tanpa puasa ) di bawah 200 mg%, berarti normal.
Makasih
Assalamu’alaikum.
Binggung mo comment apa ?
Yg pasti kita pasien,banyakan bilang “iya” aja ama dokter…
*Mbuh mudheng opa ga….*
Soale Takut dibilang cerewet n minterin….
qaqaqa…..
Suwun yo pakpo
Wassalam….
@ montok:
Wa’alaikum salam…
mbayar dokter termasuk bertanya 😀
Gimana kabar adek ? moga udah pulih kuningnya.
Moga sehat selalu.
Wassalam
Betul, pak. Saya suka dgn dokter yg punya kartu utk setiap pasien, dan dia catat semuanya disitu (keluhan, penyebab, obat yg diberikan, termasuk obat yg alergi/menimbulkan efek samping tertentu). Dokter wanita biasanya lebih telaten mencatat.
@ Fanda:
Makasih 🙂
alhamdulillah dokter saya baik hati dan suka nanya perkembangan, tapi saya yg suka lupa nyeritain. hehehe.. makanya jadi nanya sama om dokter. hihiihi..
om, 2 minggu ini rambut saya rontok buanget, smpe berasa bgt makin tipisnya. kayanya lebih dr 100 helai 1 hari.. itu knapa ya?. jadwal kunjungan ke dokter sya udh lewat, jd bingung nih..
makasih ya om sblmnya. maap bnyk tanya.
@ amanda:
Tentang penyebab dan tips perawatan rambut rontok, silahkan baca artikelnya di Blog ini pada link berikut:
Makasih 😀
Ikutan nih……
Pengalaman saya ke dokter buat keperluan saya atau ke dokter anak saya sih saya liat dokter tuh pada singkat2 ngomongnya malah banyak diemnya(terutama buat dokter yg pasiennya banyak). Mereka cuma nanya keluhan apa, terus dah periksa nulis resep udah dech. Kalo ga ditanya diem aja, jdnya saya yg bilang ada alergi obat, juga byk nanya harus pantang mkn apa, obat yg di resepin buat apa aja, obatnya mahal ga, kalo mahal bisa diganti generik ga, dll. Sebenernya saya juga suka deg2an sih kalo diperiksa dokter apalagi kalo cara dokter ngejelasin penyakitnya bikin kita stress.
Saya harap sih para dokter bisa lebih detail menangani pasien supaya pengobatan bisa lebih efektif dan maksimal juga sebisanya menyampaikan kata2 yg menghibur & menguatkan pasien yg kena peny berat spy pasien ga depresi.
Makasih……..
@ san:
Makasih telah berbagi …dan juga atas sarannya 🙂 … ini sangat berharga untuk para dokter, terutama saya sendiri.
Sekali lagi, terimakasih
Sebagai dokter yang bijak tentunya tidak boleh sombong melewatkan masukkan dari pasien.
@ Realodix:
Betul 😀
Feedback dari pasien benar2 sesuatu yang “berharga” buat dokter, bagaimana seorang dokter bisa membuat pasien percaya dan memberikan feedback adalah suatu seni… Hehehehe… Paling lego kalau pasien manut,percaya, dan ketika kontrol bilang “alhamdulillah.. Sudah lebih enak dok..” Hehehehe
@ pakjanggut:
setuju 😀
itu yang paling penting… alhamdulillah 🙂
Hmm..mungkin saatnya cakmoki memakai Twitter untuk mencoba dapat feedback dari pasien secara langsung & mobile. 😀
@ sibermedik:
Ada… tapi ga kepakai 😀 … mungkin pasien lebih suka datang langsung sambil guyon 😛
Betul tu Cak Moki,Feedback Pasien Untuk Dokter itu perlu sebagai evaluasi agar dokter tahu dan mawas diri ya moga-moga yang disampaikan pasien baik-baik aja tapi kalau kurang baik ya harus legowo
@ Elvi Zuliani:
iya… harus dan wajib legowo 🙂
Makasih, mbak