Update: Palaran, i love you … mahal kita. *koreksi dari chika, thanks 😉 *
Aku cinta kamu, dalam bahasa filipino: mahal kita, atau kalo menggunakan kata-perkata: ako sinta ikaw … hmmm … mirip banget. Bandingkan dengan bahasa jawa: aku tresno kowe, atau dalam bahasa madura: kawuleh tresnah dikah, atau dalam bahasa banjar: ulun …. ikam (ulun … pian, lebih halus:pen), cinta tanya ama om mansup …
Palaran, ako sinta ikaw, … mahal kita, mengapa ?
*walah, kayak pertanyaan rutin jomblowati kepada jomblo saat diserang pernyataan cinta, dengan kernyit di dahi, padahal hatinya berbunga*
Iya, mengapa betah di Palaran ?
Materi ? Idealisme ? Atau yang lain ? … Yang jelas tidak sama dengan jawaban jomblowan ketika ditanya jomblowati saat menyatakan cinta. Perlu 3 tahun untuk memutuskannya. Bukan pilihan mudah, mengingat Palaran tergolong ndeso. Membuang kesempatan melanjutkan jenjang pendidikan, melepas kesempatan karier, menolak tawaran jabatan nan aduhai, melupakan hiruk pikuknya kehidupan kota.
Haru, saat suatu hari si dia mengatakan ingin menetap di Palaran. Siapa sangka, … dia yang biasa hidup di kota, dia yang lahir dan besar di Surabaya, dia yang berkulit putih … (ssst… 😉 ) … udahlah. Gayungpun bersambut.
Gak kembali ke Jawa? Tidak.
Pilihan, harus dipertanggung jawabkan dan obsesi di dalamnya wajib diperjuangkan diupayakan.
Dan salah satu obsesi, yakni tersedianya Rawat Inap (Puskesmas Perawatan) sudah terwujud. Belum tuntas memang, maklumlah … pembangunan fisik yang kami ajukan perlu 3 tahap untuk menuntaskannya.
:: :: :: SEKILAS PALARAN :: :: ::
Palaran, adalah salah satu kecamatan dari 6 kecamatan di Samarinda. Terletak sekitar 15-20 km dari pusat kota. Ndeso ™. Awalnya merupakan daerah transmigrasi. Konon, kloter pertama tahun 1954, lalu berturutan datang kloter berikutnya hingga terakhir tahun 1990.
Terdiri dari 5 kelurahan, yakni: Rawamakmur (ibukota kecamatan), Bukuan, Simpang Pasir, handil Bakti dan Bantuas.
Berbatasan dengan kecamatan Sanga-sanga di sebelah timur dan selatan, kecamatan Samarinda Seberang di sebelah barat dan sungai Mahakam di sebelah utara.
Luas sekitar 216 Km.2, dengan jumlah penduduk sekitar 41.000 jiwa (data pada awal 2007).
Penduduknya sangat heterogen. Kendati sekitar 80% warga Jawa, hampir semua suku Indonesia ada di Palaran.
Suasana sosial kemasyarakatan sangat kondusif, boleh dibilang saat ini tak ada pertikaian antar suku, antar agama antar kelompok dan lain-lain. Bahasa sehari-hari adalah campuran bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Banjar, Bahasa Kutai, bahasa Bugis, dan lainnya bergantung dimana kita berada.
Lebih sering memakai bahasa Jawa, maka tak perlu heran jika berkunjung ke Palaran dimana-mana menjumpai bahasa Jawa. Di praktekpun lebih banyak menggunakan bahasa Jawa.
Pendidikan, dari TK hingga SMU, sedangkan perguruan tinggi hanya ada di kota. Ada 8 TK, 24 SD, 6 SLTP dan 2 SLTA. Lumayan.
Ekonomi melorot tajam beberapa tahun belakangan ini seiring dengan ambruknya perusahaan kayu lapis. Pasar tak lagi ramai, toko-toko banyak bangkrut. Herannya, muncul 2 mimimarket yang lumayan besar untuk ukuran kecamatan di pinggiran.
Makanan khas tidak ada, malahan banyak ditemukan warung pecel, rujak, gado-gado, sate, soto, nasi kuning …
Bidang kesehatan lumayan, jika ditinjau dari penyebar luasan informasi dan pengetahuan masyarakat seputar kesehatan. Pun interaksi masyarakat dengan jajaran pelaksana layanan kesehatan. Di sini (Palaran), ada gangguan kesehatan sedikit saja, masyarakat sudah datang untuk periksa dan berkonsultasi kendati tidak selalu mendapatkan obat. Tentu kondisi ini tidak datang dengan sendirinya, namun dibangun berkesinambungan, melibatkan banyak pihak.
Selebihnya sudah ada di postingan.
:: :: :: OFF : NYUSUL … :: :: ::
Palaran, i love you …. aku cinta kamu …. ako sinta ikaw … mahal kita 😉
:: :: :: dedicated: … ngènga’agi …. sè raddina mara bulên :: :: ::
……… translate, please….. 🙄
Aku minta cinta…
halah….
*dilempar
perawat cantikbotol infus sama cakmoki*****************
Memang tulang punggung ekonomi hanya dari sektor industri (kayu lapis) Cak?
bukannya pernyataan cinta di bahasa filipin itu “mahal kita” ?? 😕
pasti sip lah kan ada cakmoki to.. hehehhehe.. eh btw kepala puskesmasnya dah ganti ya cak.. *abis cari info mengenai palaran dulu*

Palaran beruntung punya orang2 seperti cakmoki hiks *jadi ingat bapakku 😦 *
hmm palaran kok ga punya budaya lokal ya cak.. hihihi terbawa arus masing2 suku bangsa yang bermukim disana…wah bisa2 muncul budaya baru hasil perkawinan silang nih cak
i love you kalau pake logat papua jadi SA CINTA KO 😀
salam kenal CAK!
Cak,boleh tau perusahaan yg ambruk itu apa? bikin penasaran bae…
Perusahaan kayu lapis banyak ambruk gak cuma di Samarinda kok Cak. Merata di seluruh Kalimantan dan Sumatera. Sepertinya efek “perang(-perangan)” terhadap illegal logging. Mungkin banyak perusahaan yang hidupnya disuplai kayu jarahan hutan. Mungkin lho.
Tinggal di Palaran, satu hal yang Cakmoki dapat dan banyak orang seperti saya gak bisa mendapatkannya: quality of life.
Selamat ber wo ai ni deh cak 😉
Terus efek ekonomi jangka panjangnya apa, Cak Dok?
Apa sekarang udah ada sektor pengganti industri kayu lapis tadi?
Kalo daerahnya ga ada income terus piye? Ga ada pasien dong ntar? Huhuh..
i’m proud of you cak…. paling tidak masih ada dokter yang mau tinggal di desa….
seandainya di
blogseluruh indonesia situasinya sama seperti ini….liebe … liebe … 😀
@ deKing,
Tadinya iya, … kini beranjak mencari bentuk … arahnya ke sektor jasa dan pertambangan (yg ini agak bahaya).
@ cK,
thats right sister, segera update … trims ya
@ almas,
Bener om, dah ganti … tapi tiap hari masih kesana (rawat inap) 1-2 jam, … permintaan para petinggi …hehehe.
Koq jadi ingat ayahanda, ceritakan tentang beliau dong, kan kita juga ingin meniru.
Budaya lokal gak ada Om, … namun budaya daerah asal penduduk masih tetap dilestarikan … kawin silangnya belum kali 😀
@ papuaxxx,
salam kenal juga Bos …
Sa Cinta Ko 😀
@ junthit,
PT Barito Pasific, Kalhold, Kiani, Daya Besar, Timur Jaya, … pemiliknya dah tahu kan?
@ n0vri,
Sepertinya begitu pak, setiap daerah tingkat II mirip kerajaan kecil sehingga supply bahan baku harus melalui “banyak pintu”. Konon begitu penuturan orang dalam industri perkayuan.
Kayaknya lebih kearah: enjoy of life … hehehe
Ok, trims .. Palaran, wo ai ni 😉
@ Yandhie Dono,
ekonomi jangka pajang emang cenderung menurun, namun biasanya lambat laun akan pulih dengan sendirinya. Sektor pengganti belum ada sih, sebagian kembali ke sektor pertanian … sedangkan untuk sektor jasa kayaknya berat.
pertanyaan yang sama sering diajukan teman-teman yg raktek di palaran.
Saya hanya memberikan jawaban pendek:
Kalo tukang pijet di pelosok desa saja bisa didatangi pelanggan, lha mosok dokter yang dibekali imu pengetahuan gak bisa ?
Bagaimanapun dokter harus bayak bersyukur dibanding profesi lain, … hehehe
@ itikkecil,
tank you, sister … masih banyak teman yang betah di desa, … so your proud kita dedikasikan untuk mereka juga 🙂
ya, kita mengharap kedamaian di seluruh negeri, syukur jika bisa seluruh dunia …
Joerig™,
Artinya adalah ? 😕
kalau di bahasa mandari, aku tresno kowe dadi wo ai ni =D
hebat cak, semoga makin banyak aja dokter seng seperti cakmoki, biar kesehatan juga makin merata..gak hanya pemeretaan perekonomian rakyat saja..halah malah..hehe
cak, bahasa banjarnya I love you apa td?
dulu ngerayu calon mama mertua pake itu ya?
cak buat e-book kumpulan PROTAP JOMBLO MENCARI PASANGAN kayake keren…
dgn pgalaman Cak Moki dgn multilingual kayake bsa jd khasanah pustaka teknik ‘mboyo’.
Btw, ironis cak..saya disini malah di-cap “Boyo” (Buaya darat), katanya sih gara-gara dari Suroboyo…tego bangget nggak??
ini nih “jatuh” yang ga perlu ditolongin.
jadi, kesimpulannya, kenapa kok jatuh cinta sama palaran cak?
Bahasa Banjarnya I Love You —> Ga ada!! Langsung hantam kromo!
Prakteknya gimana cak…
Jangan-jangan yang bikin betah…:D
cak, bukane kl pakek bahasa madura jadi “sengko’ terro kabe’na” ???
/*enek sing pernah kirim surat nang aku nganggo boso kuwi soale /:)
*menyeringitkan dahi dan terheran2*
I love U sama palaran atau…..
curiga nih. 🙂
@ mei,
matur nuwun mbak … makin banyak yg jadi wong ndeso makin baik kali, biar gak numpuk di kota
@ calonorangtenarsedunia,
Bilang Om Mansup gak ada Han, kata beliau hantam kromo
hehehe, silahkan tanya sama Calon Mmama Mertua sendiri deh …
@ sibermedik,
Sy baru denger, …. jangan-2 emang bener … halah gak popo … malah bagus iku, siiip
@ Titah,
Monggo dipersilahkan menyimpulkan sendiri … hehehe
@ manusiasuper,
masa sih?
trus ngomongnya gimana Cil? … ntar tak bilangkan “si itu” lho 😉
@ Ady,
ehm … bilang si dia sih, itu salah satunya 😆
@ pinkina,
sengko’ terro kabe’na
artinya: saya kepingin kamu … maksudnya kepingin dijadikan istri kali … pakai banner ga?
@ telmark,
hahaha, U itu “apa”, bukan “siapa” …
aman dan damai Bos 😀
Cak, ada lowongan nggak disana? kepingin merantau juga nih…
lho cak, hari raya tetep mudik nggak?
wah… rupanya sudah mendarah daging ya cak?
@ imcw,
Di RSUD Type C plus Samarinda masih kurang dokter (sangat kurang), tapi kayaknya Pemerintah Kota maunya yang udah PNS.
Itu tuh, RSUD megah yang belum bisa melayani opname …, bener nih?
@ peyek,
pernah mudik pas hari raya 2 kali … selebihnya mancep di sini cak 😀 … sarungan dan njung-unjung ngicipi madumongso
ini cerita jomblo yang saya request itu? :D, makasih, bahasa tagalog euuy..
Jangan-jangan cakmoki ini satu-satunya dokter yang tau jumlah TK di kecamatannya …hebat…..
Di sini (Palaran), ada gangguan kesehatan sedikit saja, masyarakat sudah datang untuk periksa dan berkonsultasi kendati tidak selalu mendapatkan obat.
Kangen sama dokternya kali….begitu ketemu..sakitnya.. mendadak sembuh…. 🙂
cak , njenengan di palaran ?ah… iya ?
ck..ck..ck..
dedicated : teruntuk/mengingat yang secantik rembulan… (ooo, jadi ini to maksutnya ‘putih’ yang pake sstt itu :p)
aih..aih… mau dooong suamiku bilang gitu 😀 *ngiri mode on*
Cèk romantissa… Tapè kan bulen bek pocêt, Cak?
*nyo’on sapora… pèra’ agêjêk*
@ Shinta,
hehehe, rasanya sebagian akan melakukan hal yg sama koq mbak …
Kalo gak tau kan lucu, ntar penyuluhannya gimana dong 🙂
@ Nayz,
iya, masa lupa sih … deket Brunei
@ Fa,
waduhhh, langsung translate nih … untungnya bukan komen pertama 😆
èsoap ngangguy lit-dulitên, mbakyu 🙂
@ suandana,
mon bulen pornamah, pola lok pocêt, … asènar
hahaha … lok ponapah agêjêk, lakar ènjoyyy
nyarah èatorèn … nyarèh sè raddin 😀
gak banyak dokter yang mau ke ndeso spt cak moki… apalagi pemerintah gak menghargai “perjuangan” tsb…bayangin gaji dokter PNS 1,8 juta…. disuruh kerja 24 jam , bahkan pernah ada wacana maunya gak boleh praktek sore….itu usul atau mabok…pokoke hidup cak moki 🙂
kayake bikin training AJLS bakal laris cak???
AJLS (Advance Jomblo Life Support)… 😀
mahal? dimurahin dong 😛
^ ^
@ dokterearekcilik,
Tengkyu supportnya Mas … serasa tambah bahan bakar nih
1,8 juta untuk 24 jam hehehe, tukang saya … 55 ribu per 8 jam, kalo sebulan ? kalah gaji kita.
eh kalo ngomong gaji repot ya, ntar dikira gak bersyukur
@ sibermedik,
AJLS (Advance Jomblo Life Support)… siiip
@ mochinobi,
dimurahin bisa, artinya beda kali 🙂
awalnya aku bingung…apa itu mahal kita…apa itu ako sinta ikaw…
oalah…ternyata…
*pipi memerah*
artinya sejenis sama kata kata yang Farid sering ucapkan…
Si ‘itu’ siapa cak? Yang mana? He..
Kalo kadak salah, aku cinta kamu tu bahasa banjarnya UNDA KATUJU LAWAN NYAWA
atau
ULUN KATUJU LAWAN PIAN
se raddina mara bulen>>>
secantik bulan!! duuhhh cakmoki romantissss!
Tinggal di ndeso enak ya cak…udara bersih, langit biru, awan putih2, air jernih, gak macet, kekeluargaan…..
Di kota…. langit nya aja abu2….. 😦
oo, jauh sekali toh tingkalnya cak moki. Saya selaku mengira gak jauh dari surabaya tinggalnya…
ya, pilipina ama indonesia kan deket, wajar kalo bahasanya sama.
http://www.tante-girang.cjb.net
.
@ nyonya Farid,
apa yang sering diucapkan mas Farid kepadamu Wi ? … ceritakn dong, sekalian jawaban balasannya ya … ehm
@ manusiasuper,
itu tuh … si b*w** yang sering dipuja itu lho 😉
“Ulun katuju lawan pian” … *dicatat* … eh, pakai pegang tangan kadak ?
@ gies,
ntar, tanya si dia dulu, termasuk romantis apa enggak 🙂
@ Shinta,
betul mbak … kecuali air, butek juga … lainnya seger *promo ndeso*
@ Kang Adhi,
Juaaauuuhhhh Kang, nun di sini … hanya ada dial-up, Listrik Lupa Menyala, ndesit kecepit.
Kalo pulang ke ortu emang transit Surabaya ..hehehe
@ sadli,
iya kali ya 🙂 … selain itu masih serumpun.
salut,,,salut
dedikasinya ga dipertanyakan lagi deh cak,,
mahal kita bisa diganti nake kungai ko’
Keren!! *terharuu*
Salut sama cak dan keluarga. 🙂
*ga bisa ngomong apa2 lagi*
Nama itu sekarang rada bikin sensitif pak, he…
Sedang rehat hati, huhuhu….
Bilangnya sambil monyong-monyong, kekekek….
ah, cakmoki ini mo tau aja…
😳
@ ‘K,
nake kungai ko’?, … translate dong 🙂
@ jejakpena,
tengkyu mbakku yang baik 🙂
koq sampai ga bisa omong kenafa ? *berdo’a. moga gak tersedak ayam*
@ manusiasuper,
hahaha … sabaaarrr, lagi PMS kali … ato? Ada afa gerang ? *halah*
@ Mrs. Neo Forty-Nine,
iya dong Wi, kan bisa ditiru … hehehe
Ga bisa ngomong karena terharu.
Masa gara-gara tersedak ayam tanpa kaki itu?Cak ini ada-ada aja. 😆@ jejakpena,
maaf … maaf … maaf.
makasih mbakku yang baik 🙂
sayah kira ungkapan cinta buat cewek ternyata buat kota tempat mata pencaharian ya
*salam kenal*
@ cicipoenya,
iya, untuk sebuah tempat ndeso ™, bukan kota … hehehe
tengkyu udah mampir ya
Lam kenal *salaman*
nake kungai ko’ sama ma mahal kita artinya
in makassar
@ ‘K,
sip, rupanya bahasa makassar ya …
trims 🙂
Pak, Qee sudah pindah ‘rumah’, jadi mohon URLnya diganti ya Pak. Maaf merepotkan
Masalah lama yang terus berulang dan menjadi membosankan cak..
Jadi sekarang separo jomblo, he..
*AARRGGHHHH, KOK CURHAT DI SINI??*
@ Qeong Ungu,
ok Qee, trims …
@ manusiasuper,
hmmmm, saya paham *pura-pura paham*
Gimana kalo dicarikan “pesaing” untuk pancingan ? *resiko tanggung sendiri* 🙄
Memang betul Cakmoki ini. Ladang sendiri harus dicintai dong. Nanti jadi pusing nglirik ladang tetangga yg jagungnya besar-besar krn pada dimodikifasi secara genetik.
@ Juliach,
pakai kacamata item ah … makin gelap makin sip *supaya ga ketahuan ngelirik, … bletak, plok, plak* 🙄