Saya terkesan dengan tulisan Kang Kombor, yang melalui postingnya bertajuk: Berantas sarang nyamuk dan waspadaFlu Burung, menggugah kita untuk cancut taliwondo (istilah beliau), bersama-sama berupaya mencegah makin meluasnya kasus Demam Berdarah.
Ajakan beliau bisa dimulai dari kita sendiri, lingkungan kita dan seterusnya hingga gerakan pencegahan dengan memutus rantai penularan dapat menjadi kultur, menjadi kebiasaan pola hidup kita secara berkesinambungan, baik musim Demam Berdarah maupun tidak.
Perlu kita ingat, kendati penyakit Demam Berdarah banyak terjadi pada musim hujan, bukan berarti di bulan-bulan lain tidak ada kasus Demam Berdarah.
Saya pernah menulis bahwa berdasarkan data kesakitan di kota kami, Demam Berdarah tidak hanya di musim hujan, tetapi juga terjadi di waktu-waktu lain. Yang berbeda hanya jumlah kasusnya.
Artinya kasus Demam Berdarah hadir sepanjang tahun. Kondisi ini bukan tidak mungkin terjadi pula di daerah lain.
Kang Kombor juga memberikan tautan-tautan sebagai rujukan untuk menambah pengetahuan kita tentang Demam Berdarah.
Gerakan memutus mata rantai penularan sebenarnya mudah. Semua orang bisa melakukannya di rumah masing-masing.
PEMBERSIHAN SARANG NYAMUK
Pembersihan Sarang Nyamuk atau PSN dikenal dengan gerakan 3 M, yakni menguras, menutup dan mengubur atau menimbun. Gerakan 3 M tentu kewajiban kita bersama. Bisa dilakukan sendiri-sendiri atau bersamaan, misalnya pada hari libur. Bukan membersihkan parit kotor atau comberan lho, karena nyamuk Aedes aegypti hidup di air jernih, gantungan baju dan bisa pula di kolong-kolong.
Tentu tidak salah bila pada saat gotong royong, juga membersihkan parit kotor atau got, tetapi bukan untuk membasmi nyamuk Aedes aegypti.
Saya yakin semua sudah mafhum dengan 3 M, namun saya tetap akan membahasnya secara singkat.
MENGURAS
Bak mandi, bak wc atau bak penampungan lain dikuras setidaknya seminggu sekali. Sedangkan air dalam wadah minuman burung, vas bunga diganti setiap hari.
MENUTUP
Tutup tempat-tempat penyimpananair ( tempayan, gentong dll ) setiap kali habis menggunakannya.
MENGUBUR
Mengubur kaleng bekas, plastik, botol bekas, ban bekas dan wadah bekas lain yang bisa menampung air agar tidak dijadikan tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti.
Cukup ? belum, belum … masih ada
Kalau bisa berkelambu bila tidur. kalau gak bisa ya gak usah dipaksa.
Boleh juga memakai anti nyamuk semprot, tapi hati-hati ya.
Biasakan juga menutup kamar mandi bila tidak dipakai.
Bersihkan pula tempat favorit lain si nyamuk diantaranya baju-baju bergelantungan, kolong-kolong, tempat-tempat gelap, tumpukan kardus, tempat sepatu dan lain-lain.
Bagi yang mampu bisa pakai kasa jendela atau pintu kasa.
Pendeknya STOP NYAMUK Aedes aegypti.
Gerakan ini bukan hanya di rumah dan sekitarnya, tetapi juga semua tempat-tempat umum, misalnya: sekolah, kantor-kantor, pasar, gedung bioskop, puskesmas, rumah sakit, termasuk gedung dprd lho … dan lain-lain.
Jangan biarkan nyamuk Aedes aegypti berkembang.
Ada pula yang berpendapat memelihara ikan cupang, berarti beli aquarium ya.
Yang ini terserah aja. Wong hanya salah satu cara. Sekali lagi monggo kerso.
ABATISASI
Abatisasi adalah menaburkan bubuk abate di bak penampungan air atau drum.
Jangan khawatir, airnya tetap aman.
Bubuk abate bisa didapatkan secara GRATIS di Puskesmas.
Takaran Abate
10 gram abate untuk 100 liter air.
10 gram abate = satu sendok makan meres ( rata permukaan atas sendok makan )
1 drum diperkirakan berisi 200 ml, jadi 1 drum air perlu 20 gram atau 2 sendok makan peres abate. Oke ?
Bak-bak lain diperkirakan saja volumenya.
Cara Pemakaian
Sebelum menaburkan abate, penuhi dahulu drum atau bak air agar zat aktif abate merata ke seluruh dinding drum atau dinding bak air.
Misalkan kita punya 1 drum berisi air penuh, taburkan 2 (dua) sendok makan peres abate ke dalam drum, lalu aduk airnya hingga rata.
Cara lain adalah menampung lebih dulu 2 (dua) sendok makan peres abate ke dalam gayung, aduk sampai rata, selanjutnya masukkan larutan dalam gayung ke dalam drum, lalu aduk hinggga rata.
Ulangi langkah yang sama 2-3 bulan sekali.
Mudah kan …
versi cetak Tips Mencegah DBD, bisa download di sini.
FOGGING (PENGASAPAN)
Pengasapan bukan langkah terbaik. Cara ini hanya efektif untuk 2-3 hari. Setelah disemprot, dua atau tiga hari kemudian nyamuk datang lagi.
Fogging (pengasapan) masih dilakukan, terutama di lingkungan yang positif ada kasus Demam Berdarah. Langkah ini sebenarnya tidak efektif, toh 2-3 hari kemudian nyamuknya datang lagi. Memang, saat disemprot nyamuk di lingkungan tersebut habis. Menurut saya boleh dikata lebih banyak faktor psikologisnya.
Untuk memberikan pengertian kepada warga tentu perlu waktu dan perlu penyebaran informasi terus menerus.
Mana langkah terbaik ?
Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dan Abatisasi adalah kombinasi terbaik.
Dan yang paling penting kita dapat melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) secara berkesinambungan.
Semoga bermanfaat.
Kalau makai lotion anti nyamuk gimana Cak?
DBD ini penyakit tahunan ya pak? Sudah ada data statistik tentang perkembangan penyakit ini selama 5 th terakhir belum pak? Setiap saat sudah di dengungkan cara pencegahannya tapi ya tetep saja tinggi tingkat kejadiannya. Padahal menurut teory Blum sudah jelas environment memegang peranan besar dalam kesehatan manusia.
Pola Precede-proceed dalam usaha pemberantasan penyakit ini mungkin bisa di gunakan, tapi di Indo masalahnya sangat ethnically-diverse. Mungkin harus di serahkan masing2 daerah pendekatan health planing. Temen saya di depkes pusing kalau ke daerah proyek ga ada yg jalan meski laporan bagussss, saya mau ajak kumpulin data, jadi hopless dapet data fiktif 😦
@ helgeduelbek,
Bisa Pak. Untuk siswa SD cukup bagus, karena siswa SD pada umumnya takut bergerak walau digigit nyamuk, ngempet gitu. Nah dengan lotion membantu. Bukan hanya siswa SD sih, semuanya bisa pakai dan cukup aman.
@ senyumsehat,
Bukan lagi tahunan Mbak, tetapi sudah sepanjang tahun, hanya puncaknya pada musim hujan. Data statistiknya ada di setiap Puskesmas, Dinkes Tk II sampai Pusat.
Itulah masalahnya, teman-teman takut meng-ekspos data riil. Ketika saya masih di Puskesmas, dipaksa ngarang, saya ngga pernah mau. Dibilang melawan arus. hehehe. Makanya makin sulit menanganinya.
Soal proyek banyak ngarangnya. Kalau mau jujur sebenarnya enak, selain dipercaya Kepala Daerah juga diberi kemudahan dan sudah saya buktikan berkali-kali.
Di tempat kami mungkin satu-satunya Puskesmas yang punya LCD proyektor tanpa dana proyek. Caranya mudah, dana sisa dikembalikan, ternyata oleh Walikota disuruh beli peralatan untuk modernisasi, maka jadilah LCD, beberapa komputer dll, yang penting ngga dibagi.
Yang terlanjur fiktif dananya malah dikurangi, ngomelpun ngga berguna lagi. Sedangkan tempat kami ngga pernah dikurangi.
Mudah-mudahan pengganti saya bisa tetap seperti itu.
Oya, sejak tahun 2002 dana langsung dari Walikota ke Puskesmas, nggak melalui Dinkes, jadi dananya utuh dan berlebihan.
ujung tombaknya sepertinya kembali ke kesadaran rumah tangga dan lingkungan masing2..
bagaimana dgn daerah/lingkungan yg jauh dari pemukiman tapi berpotensi sbg sarang nyamuk?
@ Dani Iswara ,
Ya, intinya seperti itu. Jajaran kesehatan sebagai motivator, sayangnya fungsi inipun di kota kami baru jalan bila ada “dana” atau setelah ramai di koran.
Untuk daerah jauh masih bisa koq. Saya pernah masuk daerah jalan setapak, motor aja ngga bisa lewat, kemudian demo sebentar (nggak pakai brosur wong ngga bisa baca), ternyata mudah, dan disuguhi pisang rebus, sedaaaap.
Pernah juga harus melewati bukit, lalu disambung naik perahu dayung isi 4 orang, bisa juga.
Daerah seperti itu bisa PSN dan abatisasi. Pada dasarnya orang senang dikunjungi dan diperhatikan. Walaupun satu lingkungan cuman ada beberapa rumah, mereka mau berpartisipasi.
Ya ini enaknya hobi mancing Mas Dani, bisa blusukan, banyak kenalan. hehehe asyiiik.
Kalau ngga ada orang sama sekali, saya ngga tahu, mungkin disikat pakai ULV bila memang sarang Aedes. Lha ngangku alatnya gimana ?
Maturnuwun dibahas lebih lengkap di sini. Tips Kang Dokter langsung Kang kombor unduh juga untuk melengkapi referensi yang sudah ada.
@ Kang Kombor,
Maaf Kang, bukan melengkapi koq, tulisan Kang Kombor sudah lengkap, saya hanya ikutan menambah jaringan, biar ramai. hehehe.
Maturnuwun.